dia yang kamu sebut sebut sempurna,
dia yang kamu bilang
segalanya tapi dia pula yang akhirnya buatmu teteskan air mata.
bukan dia yang nerima kamu apa adanya, bukan dia yang selalu
ada,
apa pundaknya sekuat aku menampung keluh kesahmu?
apa bahagianya sesederhana aku melihat senyummu?
apa kamu tahu serapuh apa hati aku?
hari demi hari aku lewati dengan benci, aku benci keadaan ini;
keadaan ketika aku ga bisa berbuat apa-apa lagi untuk kamu yang sudah orang
lain miliki.
harusnya aku yang mengusap air mata, harusnya aku yang ada di sana.
meski semuanya sudah terlambat tapi aku yang lebih sayang kamu
dan kenyataannya meski tak pernah memiliki,
merelakanmu tetap saja menyakitkan
hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar