Kamis, 17 Juli 2014

Pembatas

Waktu itu emang enggak kerasa, tau tau ini udah ramadhan lagi aja, emang kita yang kurang peka atau terlalu terbawa rasa?? eh
Nah kalo bulan ramadhan gini mendadak jadi banyak artis2 yang tiba-tiba berjilbab dan langsung dapet banyak koment, pujian bahkan enggak sedikit cercaan. Ahh jauh banget artis ini gue yang ganti dp bbm begini

juga langsung banyak yang minta tanda tangan, hahaa namanya juga idup.

Tapi bukan itu yang mau gue bahas, mungkin ini emang sedikit sensitif tapi percaya deh bukan maksud sara atau bawa2 agama ini murni hasil renungan gue aja.

Yang gue tau jilbab itu digunain untuk nutup aurat, kepala khususnya dan semua muslimah juga diwajibin buat itu sementara gue belum menuhin kewajiban gue ( jangan ditiru ya ). Makanya gue sangat amat menghormati, menghargai, dan menyanjung mereka yang udah satu langkah lebih maju dan satu derajat lebih tinggi dari gue.
Gue yakin kalian semua juga pasti sepakat sama gue, kalo gue bilang mereka yang berjilbab itu jauh lebih cantik.

Sekarang gue suka miris kalo ngeliat sosmed, banyak yang berkepribadian ganda apa gimana dengan bangga memperlihatkan kepada dunia apa yang selama ini dijaga dari orang2 disekitarnya.
Yang ditutupi di dunia nyata, malah di umbar di dunia maya.

Jilbab dan akhlaq itu emang sering banget sih disangkut pautin. Tapi gue cukup tau kok kalo jilbab & akhlaq itu dua hal yang berbeda.
Berjilbab itu murni perintah tuhan, wajib buat wanita muslim yang udah baliqh tanpa mandang baik atau buruk akhlaqnya. Nah akhlaq sendiri itu adalah budi pekerti yang tergantung sama pribadi masing - masing.
Kalo wanita berjilbab ngelakuin dosa atau kesalahan itu bukan karna jilbabnya tapi karna akhlaqnya.

Simpelnya gini wanita berjilbab belum tentu berakhlaq mulia, tapi wanita berakhlaq mulia sudah pasti berjilbab dan menjaga kehormatan serta menghargai jilbabnya lebih dari gue menghargai, mengagumi dan menghormati kalian.

Gue mungkin bukan seorang muslimah yang baik, tapi gue juga terus bergerak bangkit bukan mutar balik ke arah yang berlawanan. Dan mungkin lo semua juga bakal bilang " udah deh lutvi lo benerin aja idup lo dulu baru ngomong sama gue " atau " si lutvi ini enggak punya kaca apa gimana sih di rumah, berani bener nasehatin gue yang notabennya dari keluarga santri " bahkan " asal lo tau aja ya lutvi dosa lo itu lebih menggunung dari pada gue, ini juga hidup - hidup gue bukan lo yang ngidupin "
Ya lagi - lagi yang gue tau nih ya dan yang kalian lupa mungkin katanya kan sesama manusia / muslim itu wajib untuk saling mengingatkan , iya ngingetin bukan menghakimi karna yang berhak menghakimi itu cuma tuhan dan hakim pengadilan.

Niat gue sih baik, ya tapi kalo menurut lo cara gue yang salah, gue minta maaf, dari awal gue tau ini sensitif karna yang nyampein ini gue, wanita muslim yang belum berhijab.
Salam :)

Senin, 14 Juli 2014

surat terbuka untuk prabowo

Kali ini gue re-post surat terbuka untuk pak prabowo yang udah dibuat sama anak bangsa yang sangat mencintai negaranya, Indonesia. Ini salah satunya aja tapi kalo lo mau liat yang lebih lagi bisa ke sini aja.
Selamat membaca :)


Bapak Prabowo Subianto,

Saya bisa membayangkan perasaan Anda jika semua itu benar-benar terjadi: Anda begitu mencintai rakyat Indonesia, tetapi rakyat Indonesia lebih mencintai orang lain daripada Anda. Saya mengerti bagaimana rasanya patah hati; Betapa pedih cinta yang tak terbalaskan.

Kita bisa mengerti pikiran dan perasaan seorang laki-laki yang ingin menghancurkan pesta pernikahan pujaan hatinya, kadang-kadang patah hati memang jauh lebih berbahaya daripada revolusi. Tetapi kita juga tahu, hanya mereka yang terlalu putus asa yang mewujudkan pikiran dan rencana-rencana buruk semacam itu jadi kenyataan—meledakkan rasa sakit hati jadi kebencian-kebencian yang menghancurkan.  Dalam situasi semacam itu, barangkali kita perlu sekali lagi bertanya pada diri sendiri: Apa dan siapa yang sebenarnya kita cintai? Semoga kita bukan termasuk para pecinta yang dibutakan ilusi: Orang-orang yang dengan lantang berkata bahwa mereka mencintai setulus hati padahal sesungguhnya hanya memikirkan diri dan kebahagiaannya sendiri. Pak Prabowo, saya yakin Anda bukan orang semacam itu. Anda mencintai republik ini dengan tulus, bukan karena ambisi dan kepentingan-kepentingan pribadi.

Demikianlah, Bapak Prabowo yang baik, surat ini tak akan mengatakan hal lain yang lebih penting lagi, kecuali: Kadang-kadang mencintai adalah soal melepaskan harapan-harapan.

Jika pada saatnya Anda harus menghadapi kenyataan yang pahit, sekali lagi, saat Anda dikalahkan takdir yang seolah-olah mengandaskan semuanya, percayalah: Tak ada pengorbanan yang sia-sia untuk cinta yang lebih besar dari segalanya. Jika memang semua ini tak seperti yang Anda inginkan dan rencanakan, relakan saja. Relakan. Tak perlu merasa sakit hati karena pernah berkorban sedemikian besar untuk mencintai republik ini, tak perlu menyesal mengapa dulu Anda tak melakukan kudeta saat Anda bisa melakukannya, percayalah: Tak ada pengorbanan yang terlambat untuk cinta yang selalu tepat waktu. Anda sudah melakukan yang terbaik untuk membuktikan cinta Anda pada rakyat Indonesia. Sialan memang, kadang-kadang cinta membalas pengorbanan kita dengan caranya yang menyebalkan. Tetapi mau bagaimana lagi? Bukankah cinta memang bekerja dengan caranya yang rahasia dan tak terduga-duga?

Bapak Prabowo, terima kasih telah mencintai republik ini seperti sedemikian besar Anda melakukannya. Tak ada seorangpun yang bisa berdiri di atas sepasang sepatu yang Anda kenakan saat ini. Anda barangkali pecinta sejati yang tak ada duanya. Jika kelak rakyat Indonesia lebih memilih orang lain untuk menjadi presidennya, relakanlah, relakan saja, biarkan mereka hidup bahagia meski tidak dalam dekapan Anda.




Maka Anda akan tetap bisa melihatnya dari jauh, dengan cinta yang terus tumbuh: Rakyat Indonesia akan hidup bahagia dengan presiden yang dipilih dan lebih dicintainya. Jika saat itu tiba, semoga Anda juga berbahagia, meski tak menjadi presiden Indonesia.

Tetaplah berkuda,


Fahd Pahdepie (Fahd Djibran)